Apindo: Hanya 33 Persen Usaha yang Mampu Bertahan Apabila Pandemi Berlanjut

Berita bisnis hari ini kembali membahas mengenai pengaruh pandemi Covid-19 pada sektor usaha. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menjelaskan bahwa saat ini, hanya ada 33,3 persen usaha kelas menengah yang dapat mempertahankan usaha mereka lebih dari 1 tahun. Hal ini disampaikan dengan catatan, pandemi tidak mengalami kelanjutan pada tahun depan.

EKONOMI DAERAH: Desember 2016, NTB Inflasi 0,63% - Ekonomi Bisnis.com

“Kalau kondisinya (pandemi) seperti ini tidak ada perubahan sampai (akhir 2021) sepertiga (usaha menengah) bisa bertahan lebih dari satu tahun,” ungkap Hariyadi pada webinar yang bertajuk Indonesia Macroeconomic Update pada Kamis, 8 April 2021. Sementara itu, untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya, mayoritas pelaku usaha menengah akan melakukan efisiensi biaya operasional, misalnya seperti pengurangan jumlah karyawan.

“Jadi, menyusutkan jumlah tenaga itu yang paling besar,” ucap Hariyadi.

Sementara itu, pelaku usaha menengah juga terpaksa mengurangi kualitas serta kuantitas produk yang mereka hasilkan selama pandemi. Hal ini terpaksa mereka lakukan karena bertujuan untuk mengurangi biaya produksi perusahaan.

“Lalu, cara lainnya melakukan penyesuaian kuantitas dan kualitas (produk),” tutur Hariyadi.

Perlu diketahui bahwa berdasarkan survei yang dilakukan oleh Apindo pada Januari 2021 yang melibatkan 600 usaha menengah anggota Apindo ini, terlihat bahwa 33 persen usaha menengah dapat bertahan apabila pandemi berlanjut.

Sementara itu, bagi pelaku usaha yang bergerak di sektor bisnis hotel, restoran, bisa dibilang dampak pandemi lebih menyeramkan dari teror bom. Hal ini didukung oleh pernyataan Ketua Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta, yakni Sutrisno Iwantono yang menjelaskan bahwa dampak pandemi Covid-19 jauh lebih berat dibandingkan sejumlah teror bom bagi keberlangsungan usaha perhotelan dan restoran.

“Saya kira kalau pengaruhnya itu jauh lebih berat Covid-19 daripada bom itu ya. Ini saya kira, kalau bom ini ada (dampak) tapi tidak seberat Covid-19,” tutur Sutrisno pada video conference yang dilakukan pada hari Senin, 5 Juli 2021.

Sementara itu, sistem seleksi Sutrisno sendiri mengungkapkan betapa beratnya dampak yang ditimbulkan pada pandemi Covid-19 ini karena masalah ini berhubungan langsung dengan aspek kesehatan. Hal ini tentu membuat mobilitas masyarakat dalam urusan sosial dan ekonomi menjadi terbatas karena harus mengantisipasi adanya risiko terhadap penularan virus corona jenis baru.

“Jadi, kita lebih konsentrasi agar masalah Covid-190 itu selesai,” ujar Sutrisno.

Sementara itu, dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah teror bom dinilai tidak terlalu memberikan ancaman serius pada sektor perhotelan dan restoran. Hal ini dikarenakan persoalan ini masih sanggup ditangani oleh pihak kepolisian.

Sementarar itu, ia tetap meminta pihak kepolisian untuk tetap proaktif dalam melakukan pencegahan. Perlu adanya langkah preventif untuk mencegah adanya insiden teror bom yang bisa muncul di wilayah Indonesia.

“Jadi saya kira untuk penanganan (teror bom) ini kita berharap agar pemerintah khususnya dari pihak Kepolisian untuk bisa lebih proaktif ya,” tegas Sutrisno.

Sebelumnya, industri perhotelan yang mengandalkan wisatawan tentu juga diprediksi masih suram pada tahun 2021 ini. Hal ini dikarenakan adanya penurunan drastis sejumlah wisatawan domestik sepanjang tahun 2020 yang mencapai angka 56 persen. Angka tersebut tentu lebih memprihatinkan apabila ditunjukkan dengan jumlah wisatawan mancanegara yang berkurang jumlahnya hingga 83 persen. Tentu saja, menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ini merupakan dampak dari pandemi yang mengurangi pasokan, tarif, serta tingkat okupansi. Hingga akhir 2021, terdapat 637 kamar dari lima proyek hotel yang termasuk bintang tiga, empat, dan lima yang selesai konstruksinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *